Minggu, 30 Desember 2007
SINDROM KOLON IRITABEL
SINDROM KOLONI IRITABEL
PENDAHULUAN
Sindrom koloni iritabel (SKI) merupakan kumpulan gejala yang patofisiolooginya cukup rumit dan terjadi akibat interaksi antara factor saluran pencernaan, factor psikis, dan factor lumen yang merangsang kolon.
GAMBARAN KLINIS
Definisi
Sindrom koloni ieritabel ialah sekumpulan gejala klinis yang khas ditandai adanya rasa nyeri / rasa tidak enak di perut disertai gangguan pola buang air besar (diare dan atau konstipasi) tanpa ditemukan adanya kelainan organic maupun biokemis pada saluran cerna.
Epidemiologi
Di pedesaan kejadian SKI lebih sedikit disbanding perkotaan. SKI lebih banyak ditemukan pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2,5:1. Pada orang kulit putih kejadiannya lima kali lipat disbanding kulit hitam dan paling banyak terdapat pada orang usia 45-64 tahun.
Gejala Klinis
Rasa nyeri di perut biasanya pada salah satu sisi perut yaitu fosa iliaka kiri atau kanan tetapi dapat pula dirasakan di bagian lain, kadang-kadang sampai punggung. Dan biasanya akan hilang apabila sudah buang air besar atau buang angina (flatus).
Gangguan pola buang air besar dapat pula berupa diare, konstipasi atau keduanya secara bergantian.
Berdasarkan gangguan pola buang air besar, pasien SKI dibedakan menjadi:
1. Pasien dengan predominan diare (BAB dengan feses lembek/ encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari)
2. pasien dengan predominan konstipasi (susah buang air besar dan buang air besar keras dengan frekuensi kurang dari 3 kali seminggu)
Gejala lainnya: perut bunyi (borborygmi), sering buang angin (flatulence), bersendawa (bleching) dan mual.
Menurut Manning terdapat 4 gejala yang sering ditemukan pada pasien SKI:
1. perut kembung yang tampak dengan jelas
2. rasa nyeri di perut hilang setelah buang air besar
3. buang air besar lebih sering saat timbulnya rasa sakit
4. feses lembek pada saat timbulnya rasa sakit
Gejala lain yang biasa ditemukan pada SKI dibandingkan dengan kelainan organic ialah:
1. perasaan kembung
2. buang air besar berlendir
3. perasaan tidak lampias pada saat buang air besar
Dari hasil penelitian Fielding tanda-tanda fisis yang sering ditemukan pada SKI ialah : kolon teraba dengan jelas (86%), nyeri tekan di daerah kolon (78%), suara ‘debuk’ pada pemeriksaan fosa iliaka kanan (36%), rasa sakit pada colok dubur (52%), adanya lendir pada colok dubur (70%), rectum kosong (64%), dan feses yang keras dalam rectum (68%).
Faktor Psikologis
Factor psikis bukan merupakan penyebab tapi dapat mengubah perjalanan dan gejala-gejala SKI. Hasil penelitian beberapa ahli misalnya Drossman (1982) menemukan bahwa 84% pasien-pasien SKI dipenngaruhi oleh stress psikis dibandingkan dengan hanya 68% saja pada orang normal. Stress psikis ini juga memperburuk dan menambah rasa sakit di perut pada 69% kasus dibandingkan 48% pada kontrol.
PATOFISIOLOGI
1. Dismotilitas saluran cerna
Gerakan kolon yang abnormal mengakibatkan pengeluaran feses dan gas terhambat, dan bukan mendorongnya ke bagian distal. Akibatnya menimbulkan rasa sakit, konstipasi, dan distensi abdomen.
2. Persepsi visceral yang abnormal
Sensitivitas anorektal bertambah mengakibatkan aktivitas refleks motorik rectum berlebihan. Akibatnya rasa nyeri sebelum BAB dan perasaan tidak lampias saat BAB.
3. Stres psikososial
Reaksi psikologis menimbulkan gangguan tonus otot polos mengakibatkan kontraksi peristaltic terganggu.
4. Factor dalam lumen yang merangsang kolon
Factor dalam lumen yang merangsang kolon adalah komponen-komponen dalam makanan (eksogen) atau factor kimiawi (endogen). Factor endogen diantaranya adalah kolesistokinin (CCK), gangguan asam empedu, asam lemak rantai pendek, dan asam lemak rantai menengah.
PENGOBATAN
Pengobatan SKI ringan
Aktivitas pasien belum terganggu. Pengobatan kelompok ini cukup dengan edukasi/ penerangan tentang perjalanan penyakitnya (psikoterapi). Hindari makanan dan stress yang mencetuskan gejalanya. Bila ada keluhan kembung berikan psillium 15-20 g/hari atau diberikan metilselulosa 3g/hari.
Pengobatan SKI sedang
Kegiatan pasien sehari-hari terganggu. Factor psikologis lebih menonjol dibandingkan SKI ringan.
Pengobatan ini perlu ditambah medikamentosa (simtomatik) dalam jangka pendek seperti: antipasmodik untuk keluhan nyeri: dicyclomin, mebeverin, hidroklorid, trimebutin.
Untuk keluhan diare loperamid 2-4 mg 4kali sehari atau dapat diberikan kolestiramin 4kali 4gram sehari.
ntuk konstipasi yang dominant pengobatan jangka panjang ialah diet tinggi serat. Obat-obat yang diberikan dalam waktu singkat seperti laksatif, cisaprid (untuk konstipasi ringan).
Membiasakan buang air besar teratur setiap hari
Terapi relaksasi dan hypnosis
Psikoterapi bila perlu
Pengobatan SKI berat
Gejala-gejala yang timbul tidak berhubungan dengan makanan, aktivitas atau perubahan fisis yang lain. Kelainan psikis seperti anksietas dan depresi lebih sering dijumpai. Kegiatan sehari-hari pasien jelas terganggu.
Psikoterapi harus lebih terarah dan hubungan antara dokter-pasien harus terjalin lebih baik lagi.
Untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat dianjurkan pemberian anfagonis 5 hidroksi triptamin (5HT3).
Pada kelompok pasien ini dianjurkan pemberian obat psikotropik untuk jangka waktu pendek, seperti antidepresan dan anksiolitik atau kombinasi antidepresan dan anksiolitik.