Sabtu, 11 Oktober 2008

ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN RELIGIOUS MOTIVATION AND IMUNITY OF STRESS TO PREVENT PSYCOSOMATIC PROBLEMS (STUDY CASE AT PUSKESMAS ASTAPADA CIREBON


ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN RELIGIOUS MOTIVATION AND IMUNITY OF STRESS TO PREVENT PSYCOSOMATIC PROBLEMS (STUDY CASE AT PUSKESMAS ASTAPADA CIREBON INDONESIA)
thesis dr Hj Liza (140.366.660) Kabupaten Cirebon


The Paradigm of healty living is the one of supporting effort to improve the quality of Human being , This thesis is expected to give constribution in psychology education of Islam, not just in education field but also for the society in general.
Motivation religious are the motif for devote Allah to reach the goal of life. Which is prove by good mind and good attitude to get Allah ridho “ Say Verily , my salat (prayer), my sacrifice, my living, and my dying are for Allah, the lord of the alamin (mankind, jinn and all that exists) Al-An’am 162.
Imunity of stress is the scale to measure the quality of life , this scale adapted from The scale of Smith and Miller. The better imunity of stress will increase the prevention from all kind diseases.
Psycosomatic problem is Mentally induced: describes a physical illness that is caused by mental factors such as stress, or the effects related to such illnesses.
This research is empiric quantitative approach in survey method , with sampling purposive include 200 respondence as a patients at Puskesmas Astapada during December 2007. Using interview and questioners with likert scale.
The result of the research show that there are high positive significant correlation between motivation religious to prevention psychosomatic problems equal 76,3 % , middle positive significant correlation between immunity of stress with prevention of psychosomatic problem equal 34.7% and strong positive correlation 77,8 % simultaneous between motivation religious and immunity of stress to prevention the cause of psychosomatic problems.

HUBUNGAN MOTIVASI BERIBADAH DAN KEKEBALAN STRESS DENGAN PENCEGAHAN GANGGUAN PSIKOSOMATIK (Studi Kasus pada Puskesmas Astapada Kabupaten Cirebon)


HUBUNGAN MOTIVASI BERIBADAH DAN KEKEBALAN STRESS DENGAN PENCEGAHAN GANGGUAN PSIKOSOMATIK
(Studi Kasus pada Puskesmas Astapada Kabupaten Cirebon 2008)
thesis dr hj Liza(140.366.660) kabupaten Cirebon

ABSTRAK


Untuk mewujudkan Paradigma sehat sebagai salah satu usaha mandiri meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berpendidikan dan berkualitas, diharapkan tesis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam khazanah Psikologi Pendidikan Islam dan Kesehatan Masyarakat
Motivasi Ibadah adalah dorongan seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk mencapai tujuan hidupnya, yang ditunjukan dengan hati dan prilaku yang baik yaitu untuk mendapat ridho Allah:’Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ” (al-An’amm:162).
Kekebalan Stress adalah tingkat kekebalan stress seseorang yang diukur dengan sebuah skala yaitu skala Smith dan Miller pada penelitian ini penulis memodifikasi skala ini dalam bentuk yang lebih sederhana , bila kekebalan terhadap stress baik ,berarti seseorang telah mempunyai pola hidup yang baik, maka kekebalannya terhadap stressnya pun menjadi meningkat, sehingga seseorangpun tercegah dari gangguan fisik dan mental akibat stresor psikososial.
Gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut
Hasil penelitian ini bertujuan menjadi hubungan sejauh mana motivasi ibadah, dan kekebalan stress dapat mencegah seseorang dari gangguan psikosomatik.Dengan pendekatan kuantitatif empirik dengan metode survey, purposive sampling, terhadap 200 responden yang datang ke Puskesmas Astapada. Menggunakan kuesioner berskala likert melalui wawancara, kuesioner. Kemudian Dicari hubungan korelasi antara variabel-variabel yang ada. Variabel independen satu (X1 ) adalah motivasi ibadah, variabel independen dua (X2), kekebalan stress, dan variabel dependen (Y) adalah pencegahan Psikosomatik.
Hasil penelitian menunjukan terdapatnya hubungan yang positif kuat dan signifikan antara motivasi ibadah dengan pencegahan gangguan psikosomarik sebesar 0,763 atau 76,3 % .Terdapatnya hubungan positif sedang antara kekebalan stress dengan pencegahan gangguan psikosomatik sebesar 0,347 atau 34,7 %. Terdapat hubungan positif yang kuat 0,778 atau 77,8 % secara bersama-sama antara motivasi ibadah, kekebalan stress terhadap pencegahan gangguan psikosomatik. Sehingga motivasi ibadah yang tinggi dan peningkatan kekebalan stress yang dilakukan secara simultan akan meningkatkan pencegahan gangguan psikosomatik secara kuat.

Sabtu, 12 Juli 2008

love and ispiration video

Be yourself and you will be success, love and love with all your heart









Selasa, 01 Januari 2008

DARAH TINGGI, HIPERTENSI......


HIPERTENSI
adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmhg sistolik dan/sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang minum obat hipertensi

KATEGORI normal <120/ <80 mmhg
KATEGORI prehipertensi 120-139 / 80-89 mmhg
KATEGORI HIPERTENSI STADIUM 1. 140-159/90-99 mmhg
KATEGORI HIPERTENSI STADIUM 2. >_160/> _100
menurut Joint National Committe VII

ETIOLOGI
1.Esensial (95%):10 -15% pada orang dewasa kulit putih,20-30 % pada orang dewasa kulit hitam:onset 25 – 55 tahun : riwayat dalam keluarga
2.Renal (40 %) renovasikular (2%) :setenosis arteri renalis dari aterokloresis atau displasia fibromoskular parenkimal(2%) :insufisiensi fungsi ginjal-retensi NA
3.Endokrin (0,5%) , feokromositoma (0,2 %), hiperaldosteronisme primer (0,1%), sindrom cusing (0,2%)
4.Koartasio aorta(0,2%)
5.Penggunaan esterogen (5% pada wanita dengan pil kontrasepsi oral karena meningkatnya substansi substrat renin di dalam hepar)

LANGKAH PENANGANAN STANDAR
Tujuan:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi
2. Menilai kerusakan organ target
3. Mengidentifikasi faktor faktor resiko kardiovasikular atau penyakit yang lain akan memodifikasi terapi

ANAMNESA
Tanda dan gejala PJK, gagal jantung kongestif,TIA/CVA, PVD, DM, insufiensi ginjal:riwayat hipertensi dalam keluarga diet asupan Na, merokok, alkohol, presepan,dan pemberian obat-obat OTC, kontrasepsi pil

PEMERIKSAAN FISIK
1. ≥2 pengukukuran tekanan darah secara trpisah >2 menit: perifikasi pada kontra latralnya,funduskopi,jantung,(LVH,mumur,)vasikuler perifer,abdomen (masa atau burit),neurologik
2. Uji laboratorium:elektrolit BUN,kreatinin,darah perifer lengkap,urinalisis,profil lipid,EKG,(cari LVH)foto rontgen toraks
3. Pertimbangan pada pasien yang berusia < 20 tahun atau >50 tahun,onset mendadak,hipertensi yang memburuk,berat atau menetap,atau mengarah ke gangguan pada jantung dan paru
4. Penyakit renovasikular petunjuk klinis :lebih tua, riwayat penyakit aterosekloresis,burit arteri renalis,g agal ginjal dengan akut ACEI,↓K yang sepontan

Langkah penanganan penyebab –penyebab sekunder

1.Pertimbangan pada pasien yang berusia < 20 tahun atau >50 tahun, onset mendadak, hipertensi yang memburuk, berat atau menetap, atau mengarah ke gangguan pada jantung dan paru
2.Penyakit renovasikular petunjuk klinis :lebih tua,riwayat penyakit aterosklerosis, burit arteri renalis, gagal ginjal dengan akut ACEI, ↓K yang spontan.

Stenosis arteri renalis(RAS)unilateral (70%)- normovolemik dan kreatinin normal;RAS bilateral (30%)- hipervolemik, kreatinin meningkat


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Seken renal kaptopril:sensitifitas 90%,spesifilitas 90%,RAS bilateral mungkin tak terdeteksi USG dupleks :sangat bergantung pada ketrampilan operator

MRA:sensitifitas 90%,sepesifisitas 90% dari penilaian beratnya stenosis bisa berlebihan renin vena renalis + captopril (terpengaruh /tak terpengaruh >1,5/1) sensitifitas >80%, spesifitas60%

Angiografi standar paling baik
1.Penyakit parenkin ginjal : BUN,kreatinin,bersihkan kreatinin
2.Etiologi endokrin –lihat gangguan adrenal
3.Kortasio aorta
Petunjuk klinis :denyut ekstermitas inferior menurun, murmur sistolik posterior,perlambatan radioformal,LVH,takik tulang iga pada foto rontgen toraks
Pemeriksaan diagnostik :ekokardiogram,aortogram

Penatalaksanaan
1.Bergantung pada derajat hipertensi dan adanya faktor resiko lain terhadap kardiovasikular,ginjal dan penyakit neurolgik
2.Modifikasi pola hidup:penurunan berat badan untuk mecapai badan ideal,olahraga 20 menit sehari,tidak merokok,atau minum alkohol,asupan natrium ≤ 3g/hari↓
3.Pilihan obat:pilihan obat amat banyak dan bervariasi,berikut ini adalah anjuran :
Hipertensi tanpa komplikasi :diuretik atau penyekat-ß
+ diabetes melitus:ACEl
+ PJK: penyekat ß
+ gagal jantung :ACEl, diuretik


4. Penyebab sekunder
Renovasikular:angioplasti ±stenting, bedah
Perenkim ginjal :pembatasan garam dan cairan,±diuretik
Etiologi endokrin-lihat”gangguan adrenal”


Komplikasi:

1.Neurolgik:TIA/CVA,ruptur aneurisma
2.Retinopati:I =penyempitan arteriolar,II =pembentukan cooper wiring,AV ancking,III =perdarahan dan eksudat IV :papil edema
3.Jantung: PJKLVH,gagal jantung kongestif
4.Vaskular :diseksi aorta,aneurisme aorta
5.Ginjal: proteinuria,gagal ginjal

KRISIS HIPERTENSI
Definisi
adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tinggi tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah
terbagi atas 2: Hipertensi emergency dan hipertensi urgensi

Hipertensi emergensi : situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat hipertensi parenteral karena adanaya kerusakan organ target akut dan progresif

Hipertensi urgensy adalaj situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan beberapa jam

HIPERTENSI URGENSI
Tekanan darah sistolik >210 mmHg atau tekanan diastolik >120 mmHg dengan kerusakan minimal atau tanpa kerusakan target

PENATALAKSANAAN
Hipertensi emergensi :menurun MAP sebanyak 25% dalam hitungan menit hingga 2 jam menggunakan obat-obatan intra vena
Hipertensi urgensi :menurun tekanan darah dalam hitungan jam menggunakan obat obatan oral

obat-obat yang dipakai pada hipertensi urgency
Kaptopril 6,25 mg- 50 mg peroral atau sublingual bila tidak dapat menelan
Klonidin dengan dosis awsl peroral 0,15 mg selanjutya 0,15 mg tiap jam dapat diberikan sampai dosis total 0,9 mg
labetalol 100-200 mg peroral 0,5-2 jam
furosemid 20-40 mg peroral

Obat-obat yang dipakai pada Hipertensi emergency
Diuretik
Furosemid 20-40 mg dapat diulang hanay diberikan bila terdapat retensi cairan
Vasodilator
Nitrogliserin infus 5-100 mgc/mnt dengan dosis awal 5 mcg/mnt dapat ditingkatkan 5 mcg/mnt tiap 4-5 menit
Diltiazem bolus 10 mg IV (0,25mg/kgbb) dilanjutkan infus 5-10 mg/jam
Klonidin , 6 ampul dalam 250 ml cairan inful dosis diberikan titrasi
Nitrofrusid , infus 0,25 mg-10 mcg/kgbb/menit (maksimal 10 menit)

TIDAK BISA BUANG AIR BESAR KARENA USUS TIDAK GERAK. ILEUS PARALITIK....?



ILEUS PARALITIK
PENGERTIAN
Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus karena usus tidak dapat bergerak (mengalami dismolititas). pasien tidak dapat buang air besar.
DIAGNOSIS
Perut kembung (distensi), bising usus menurun dan menghilang
Muntah, bisa disertai diare, tak bisa buang air besar
Dapat disertai demam
Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai penurunan. kesadaran, syok
Pada colok dubur: rektum tidak kolaps.tidak ada kontraksi
Adanya penyakit yang meningkatkan risiko: batu empedu. trauma, tindakan bedah di abdomen, DM, hipokalemia. obat spasmolitik. pankreatitis akut. pneumonia, dan semua jenis infeksi tubuh.

Pemeriksaan fisik : Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai penurunan kesadaran, demam, tanda dehidrasi, syok. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan distensi. bising usus yang menurun sampai hilang.

DIAGNOSIS BANDING
Ileus obstruktif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, amilase-lipase, gula darah, kalium serum, dan analisis gas darah. Foto abdo¬men 3 posisi
TERAPI
Non farmakologis:
Puasa dan nutrisi parenteral total sampai bising usus positif atau dapat buang angin melalui dubur
Pasang selang lambung dan dekompresi

Pasang kateter urin
Farmakologis:
Infus cairan, rata-rata 2,5-3 liter/hari disertai elektrolit
Natrium dan kalium sesuai kebutuhan / 24 jam
Nutrisi parenteral yang adekuat sesuai kebutuhan kalori basal ditambah kebLtuhan lain
Terapi etiologi
Syok hipovolemik, septikemia sampai dengan sepsis, malnutrisi
PROGNOSIS
Dubia ad bonam

HEMATOSKEZIA
PENGERTIAN
Hematoskezia adalah buang air besar berupa darah segar berwarna merah yang berasal dari saluran cerna bagian bawah
DIAGNOSIS
- Buang air besar berupa darah merah segar sampai merah tua
- Demam bila penyebabnya infeksi usus
- Nyeri perut di alas umbilikus seperti kejang kolik, atau perut
kanan bawah yang hilang timbul dapat akut atau kronik, dapat
ditemukan massa
- Dapat disertai diare sampai dehidrasi, dapat terjadi syok
hipovolemik
- Bising usus menurun atau menghilang
- Berat badan dapat menurun
- Ada riwayat kontak dengan pasien lain, memakan makanan yang tidak biasanya, mendapat terapi antibiotik, penyakit kardiovaskular. dapat disertai gejala ekstraintestinal seperti kelainan kulit, sendi dan radang mata.

DIAGNOSIS BANDING
Melena. hemoroid, infeksi usus, penyakit usus inflamatonik,
Divertikulosis kolon dan/atau usus halus. angiodiplasia. lumor kolon dan/atau usus halus, kolitis iskemik. kolilis radiasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboralorium:
DPL tiap 6 jam. analisis gas darah, elektrolit
Pcmeriksaan hemostatis lengkap
Pemeriksaan etiologi : Kultur Widal-Gall, serologi amuba. serologi IDT amuba, kultur Salmonella-Shigella feses-unn. pemeriksaan mikroskopik parasil di feses.

Kolonoskopi. ileoskopi.jejunoskupi dan biopsi. Pada demam tifoid kolonoskopi sebaiknya dilakukan bila demam sudah menghilang dan keadaan umum membaik

Foto abdomen 3 posisi:
Colon in loop kontras ganda
USG abdomen
CT Scan abdomen / foto usus halus
Foto dada
EKG

TERAPI
Non farmakologis: puasa, perbaikan hemodinamik jika hemodinamik stabil dapat nutrisi enteral
Farmakologis :
Transfusi darah PRC/WB sampai dengan Hb > 10 gr%
Infus cairan.
Pengobatan infeksi sesuai penyebab
Bila ada kelainan hemostasis diobati sesuai penyebabnya

KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, gagal ginjal akut anemia karena perdarahan

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

KENAPA DIARE TIDAK SEMBUH-SEMBUH JUGA


DIARE KRONIK
PENGERTIAN
Diare kronik adalah Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari sejak awal diare
DIAGNOSIS
Diare dengan lama lebih dari 15 hari
DIAGNOSIS BANDING
Keiainan pankreas. keiainan usus halus dan usus besar, keiainan PEM dan tirotoksikosis. kelaman hati, sindrom kolon iritabel tipe diare
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan darah : DPL, kadar feritin. Sl-IBC. kadar vitamin B12 darah, kadar asam folat darah, albumin serum, eosinofll darah, serologi amuba (IDT), widal. pemeriksaan imunodefisiensi (CD4, CDS), feses lengkap dan darah samar.
Pemeriksaan anatomi usus : Barium enema, colon in loop (didahului BNO). Kolonoskopi, ileoskopi, dan biopsi, barium follow through atau enteroclysis, ERCP, USG abdomen, CT Scan abdomen
Fungsi usus dan pankreas : tes fungsi ileum dan yeyunum, tes fungsi pankreas, tes Schilling. CE A dan Ca 19-9

TERAPl
Non farmakologis. diet lunak tidak merangsang. tinggi kalori. tinggi protein, bila tidak tahan laktosa diberikan rendah laktosa. bila maldigesti lemak dibenkan rendah lemak. Bila penyakit Crohn dan kolitis ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut. Pertahankan minum yang baik, bila perlu infus untuk mencegah dehidrasi

Farmakologis:
1. Bila sesak napas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan cairan dan elektrolit.
2. Antibiotika bila terdapat infeksi.
3. Bila penyebab amuba/parasit/giardia dapat diberikan metronidazol.
4. Bila alergi makanan/obat/susu, diobati dengan menghentikan makanan/ obat penyebab alergi tersebut.
5. Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip
TB usus diobati dengan OAT
6. Diare karena kelainan endokrin, diobati dengan kelainan endokrinnya
7. Malabsorsi diatasi dengan pembenan enzim Kolitis diatasi sesuai jenis kolitis


KOMPLIKASI
Dehidrasi sampai syok hipovolemik. sepsis, gangguan elektrolit, dan asam basa/
gas darah. gagal ginjal akut, kematian
PROGNOSIS
Dubia ad bonam

PANKREATITIS AKUT
PENGERTIAN
Pankreatitis akut adalah reaksi peradangan pankreas yang akut
DIAGNOSIS
Keadaan umum pasien seperli dispepsia sedang sampai berat, gelisah kadang diserti gangguan kesadaran
Demam, ikterus, gangguan hemodinamik, syok dan takikardia, bising usus menurun (ileus paralitik)
Penyakil penyerta yang meningkatkan resiko : balu empedu. trauma, tindakan bedah di abdomen, diabetes melitus. hipertiroidisme, alkoholisme, ulkus peptikum, leptospirosis. demam berdarah dengue
DIAGNOSIS BANDING
Perforasi ulkus peptikum, kolangitis akut, kolesistitis akut, apendisistis akut, nefrolitisasis kanan akut, infark miokard akut inferior.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, amilase serum, lipase serum, gula darah, kalsium serum, LDH serum, fungsi ginjal, SFOT/SGPT, analisis gas darah, elektrolit

TERAPI
Non farmakologis : Puasa dan pemasangan infus untuk nutrisi parentral total sampai amilase dan lipase serum normal dan pada selang nasogastrik cairan lambung < 300 cc, dan pasien tak merasakan nyeri ulu hati.
Farmakolois:
Analgesik dan sedatif, mfus cairan, pasang selang lambung
Antibiotika bila ada infeksi
Penghambat sekresi enzim pankreas
Prosedur bedah pada infeksi berat berupa drainase cairan
KOMPLIKASI
Pseudokista pankreas, abses pankreas. r^radangan hemoragik, nekrosis organ sekitar, pembentukan fistel, ulkus duodenum, ikterus obstruksi, asites, sepsis
PROGNOSIS
Dubia ad bonam (tergantung berat ringannya pankreatitis akut, gunakan kriteria RANSON)

KANKER DI LAMBUNG, REKTUM DAN PERDARAHAN KETIKA BAB...


KARSINOMA REKTI

PENGERTIAN
Karsinoma rekti merupakan keganasan pada rektum
DIAGNOSIS
Perubahan pola defekasi, berat badan turun tanpa sebab, seringkali pada pemeriksaan colok dubur didapatkan massa
DIAGNOSIS BANDING
Hemoroid, polip
PEMERISAAN PENUNJANG
Pemeriksaan DPL. feses lengkap. endoskopi saluran cerna bagian bawah dan biopsi
TERAPI
Berdasarkan staging, kemoterapi atau bedah
KOMPL1KASI
Obstruksi saluran cerna bagian bawah, perdarahan
PROGNOSIS
Dubia

KARSINOMA GASTER
PENGERTIAN
fCarsinoma gaster merupakan keganasan pada lambung
DIAGNOSIS
Anamnesis dapat dltemukan adanya sindrom dispepsia, rasa tidak enak pada perut bagian atas yang bersifat difus, cepat kenyang, sampai nyeri yang hebat dan terus-menems. Anoreksia yang disertai dengan mual sering dikeluhkan namun tidak selalu. Keluhan sulit menelan dapat pula terjadi. Berat badan turun tanpa penyebab. Pemeriksaan fisik : pada awal penyakit, biasa tidak didapatkan kelainan apapun. Pada keadaan lanjut didapatkan adanya pembesaran pada pemeriksaan abdomen.
DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma esofagus, esofagitis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, endoskopi saluran cerna bagian acts dan biopsi, USG abdomen- CT scan abdomen
TERAPI
Berdasarkan staging, bedah atau kemoterapi
KOMPLIKASI
Obstruksi saluran cerna bagian atas
PROGNOSIS
Dubia

HEMATEMESIS MELENA
PENGERTIAN
Hematemesis adalah muntah darah benvarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Melena adalah buang air besar (BAB) berwama hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.
DIAGNOSIS
Muntah dan BAB darah warna hitam dengan sindrom dispepsia, bila ada riwayat makan obat GAINS, jamu pegal linu, alkohol yang menimbulkan erosl/ulkus peptikum. riwayat sakit kuning/hepatitis. Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dapat disertai pangguan kesadaran (prekoma. koma hepatikum), dapat terjadi syok hipovolemik
DIAGNOSIS BANDING
Hemoptoe, hematoskezia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL. hemostasis lengkap atau masa pcrdarahan. masa pembekuan, masa protrombin, elektrolit (Na, K., Cl), pemeriksaan Fungsi hati (cholinesterase. Albumin/globulin. SGOT/SGPT. pertanda hepatitis B dan C), endoskopi SCBA diagnostik atau foto rontgen OMD, USG hati.

TERAPI
Nonfarmakologis : tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang NGT untuk dekompresi. pantau perdarahan Farmakologis:
Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10gr%, pada kasus non varises transfusi sampai dengan Hb 12gr%.
Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misalnya dekstran-hemacel) atau NaCl 0,9% atau RL
Untuk penyebab non varises :
1. Injeksi antagonis reseptor 112 atau penghambat pompa proton
2. Sitoprotektor: Sukralfat 3-4 x 1 gram atau Teprenon 3 x 1 tab
3. Antasida
4. Injeksi vitamin K. untuk pasien dengan penyakit hati kionis atau sirosis hati

Untuk penyebab varises :
1. Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam intravena atau okreotide (sandostatin) 0,1 rng/2 jam. Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah skleroterapi/ligasi varises esofagus.
2. Propanolol, dimulai dosis 2 x 10 mg dosis dapat ditingkatkan hingga tekanan diastolik turun 20mmHg atau denyut nadi turun 20% (setelah keadaan stabil hematemesis melena (-)
3.Isosorbid dinitrat/mononitrai 2 x 1 tablet/hari hingga keadaan umum stabil
4. Metokilrpramid 3x10 mg/hari
* Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai keinginan
* Pada pasien dengan pecah varises/penvakit hati kronik/sirosis hati diberikan :
1. Laktuiosa 4x 1 sendok makan
2. Neomisin 4 x 500 mg



Obat ini diberikan sampai tinja normal.
Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi atau efektif. Bedah emergensi di indikasikan bila pasien masukdaiam keadaan gawat I-II

Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai keinginan
Pada pasien dengan pecah varises/penvakit hati kronik/sirosis hati diberikan :
1. Laktuiosa 4x 1 sendok makan
2. Neomisin 4 x 500 mg

Obat ini diberikan sampai tinja normal.
Prosedur bedah dilakukan sebagai tindakan emergensi atau efektif. Bedah emergensi di indikasikan bila pasien masukdaiam keadaan gawat I-II

KOMPLIKASI
Syok hipovolemik, aspirasi pneumonia, gagal ginjal akut. sindrom hepatorenal koma hepatikum, anemia karena perdarahan

PROGNOSIS
Dubia

SUSAH BUANG AIR BESAR, KONSTIPASI.....KENAPA YA?

KONSTIPASI

PENGERTIAN
Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya frekuensi buang iar besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.
Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.

DIAGNOSIS
Konstipasi menurut Holson, meliputi paling sedikit 2 dari keluhan dibawah ini dan terjadi dalam waktu 3 bulan:
a. Konsistensi feses yang keras
b. Mengejan dengan keras saat BAB
c. Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB
d. Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.

Konsistensi menurut Internasional Workshop on Constipation dapat dilihat pada tabel berikut.

Definisi Konstipasi Menurut International Workshop on constipation
Tipe 1.
Konstipasi fungsional (akibat waktu perjalanan yang lambat dari feses): Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam 12
bulan:
mengejan keras 25% dari BAB
feses yang keras 25% dari BAB
rasa tidak tuntas 25% dari BAB
BAB kurang dari 2 kali per minggu

Tipe 2.
Penundaan pada muara rektum (terdapat disfungsi ano-rektal)
hambatan pada anus lebih dari 25% BAB
waktu untuk BAB lebih lama
perlu bantuan jari – jari untuk mengeluarkan feses

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

1.Darah perifer lengkap
2.Glukosa dan elektrolit (terutama kalium dan kalsium) darah
3.Fungsi tiroid
4.CA
5.Anuskopi (dianjurkan dilakukan secara rutin pada semua pasien dengan konstipasi untuk menemukan adalah fisura,ulkus, hemoroid, dan keganasan)
6.Foto polos perut harus dikerjakan pada pasien konsitipasi, terutam yang terjadinya akut untuk menditeksi adanya implaksi feses yang dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Bila diperkirakan ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium enema untuk memastikan tempat dan sifat sumbatan.
7.Pemeriksaan yang intensif dikerjakan secara selektif setelah 3 – 6 bulan pengobatan konstopasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat – pusat pengelolaan konstipasi tertentu.
a.Ujian yang dikerjakan dapat bersifat anatomis (enema, proktosigmoidoskopi, kolonskopi) atau fisiologi (waktu singgah di kolon, sinedefekografi, manometri, dan elektromiografi). Proktosigmoidoskopi biasanya dikerjakan pada konstipasi yang baru terjadi sebagai prosedur penapisan adanya keganasan kolon-rektum. Bila ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari rektum atau adanya riwayat dengan kanker kolon perlu dikerjakan kolonoskopi.

b.Waktu persinggahan suatu bahan radio-opak di kolon dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radiologis setelah menelan bahan tersebut. Bila timbunan zat ini terutama ditemukan di rektum menunjukan kegagalan fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukan kelemahan yang menyeluruh.

c.Sinedefecgrafi adalah pemeriksaan radiologios daerah anorektal untuk menilai evakuasi feses secara tuntas, mengidentifikasi kelainan anorektal dan mengevaluasi kontraksi serta relaksasi otot rektum. Uji ini memakai semacam pasta yang konsistensinya mirip feses, dimasukan ke dalam rektum. Kemudian pendirita duduk pada toilet yang diletakkan dalam pesawat sinar X. penderita diminta mengenjan untuk mengeluarkan pasta tersebut. Dinilai kelainan anorektal saat proses berlangsung.

• Uji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan pada rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada berbagai rangsangan untuk menilai fungsi anorektal.
• Pemeriksaan elektromiografi dapat mengukur misalnya tekanan sfingter dan fungsi saraf pudendus, adkah atrofi saraf yangdibuktiikan dengan respons sfingter yang terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan kelainan anatomis maupun fungsional, sehingga penyebab dari konstipasi diseut sebagai non-spesifik.
TERAPI
1.Aktivitas dan olahraga teratur
2.Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup
3.Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 – 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
4.Jika modifikasi perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan biasanya dipakai obat – obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:
a. Memperbesar dan melunakan massa fesef anatara lain:
- cereal
- methy selulose
- psilium
a. Melunakan dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara lain:
- Minyak kastor
- golongan docusate

a. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:
- sorbitol
- lactulose
- glycerin
a. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya
- bisakodil
- fenolptalein
5.dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara – cara tersebut diatas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.

KOMPLIKASI
Sindrom delirium akut, aritmia, userasi sterkoraseus, perforasi usus, retensio urin, hidronefrosis bilateral, gagal ginjal, inkontinensia urin, inkontinensia alvi, dan volvulus daerah sigmoid akibat implaksi feses, serta prolaps rektum
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultasi Geriatri, dan Konsultan Gastro Entrelogi
UNIT YANG MENANGANI
Divisi / Departemen Ilmu Penyakit Dalam
UNIT YANG TERKAIT
Departemen Rehabilitasi Medik, bidang Keperawatan, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi

DEHIDRASI, KEHILANGAN BANYAK CAIRAN, HATI-HATI .....LOH?


DEHIDRASI

PENGERTIAN
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air (dehidrasi hipotonik).
Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135 mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter.
Penting diketahui perubahan fisiologi pada usia lanjut. Secara umum, terjadi penurunan kemampuan homeostatik seiring dengan bertambahnya usia. Secara khusus, terjadi penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas. Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap vasopresin.

DIAGNOSIS
Gejala dan tanda klinis dehidrasi pada usia lanjut tak jelas, bahkan bisa tidak ada sama sekali. Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan mata cekung sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang dapat membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik. Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, bila ditemukan aksila lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis berkurang, berat jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya glukosuria dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen/kreatinin lebih dari atau sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat: tidak menggunakan obat – obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak ada kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan hipertensi portal, penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom nefrotik).

Defisit cairan (litar) = cairan badan total (CBT) yang diinginkan – CBT saat ini
CBT yang diinginkan = kadar na serum X CBT saat ini
140
CBT saat ini (pria) = 50% X berat badan (kg)
CBT saat ini (perempuan) = 45% berat badan (kg)

jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan Na Cl 0,9% atau dekstrosa 5 % dengan kecepatan 25 – 30 % dari defisit cairan total per hari. Pada dehidrasi hipertonik cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik.

KOMPLIKASI
Gagal ginjal, sindrom delirium akut
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Geriatri
UNIT YANG MENANGANI
Devisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
Divisi di Departemen Ilmu Penyakit Dalam yang terkait dengan keterlibatan etiologi dehidrasi, Bidang Keperawatan

ULKUS PEPTIKUM, ,,,KEMBUNG, MUAL. SERING NYERI ULU HATI

ULKUS PEPTIKUM

PENGERTIAN
Ulkus peptikum adalah salah satu penyakit saluran pencernaan atas yang kronis

DIAGNOSIS
1.Faktor risiko : umur. Penggunaan obat-obatan aspirin atau OAlNS. kuman Helicobacter pylori
2.Anamnesis : terdapat nyeri epigastrium. dispepsia, nausea, vomitus. anoreksia dan kcmbung.

DIAGNOSIS BANDING
Ulkus gasier. ulkus duodenum, dispepsia non ulkus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Barium dobel kontras
Endoskopi saluran cerna bagian atas

TERAPI
Tanpa komplikasi
a.Suportif : nutrisi
b.Memperbaiki / menghindari faktor risiko
c.Pemberian obat-obatan : antasida, antagonis reseplor M2. proton pump inhibitor, pemberian obat-obatan untuk mengikat asam empedu. prokinetik. pemberian obat untuk eradikasi kuman Helicobacter pylori,
d.pemberian obat-obatan untuk meningkatakan faktor defensif.

Dengan komplikasi
Pada tukak peptik yang bcrdarah dilakukan penatalaksanaan umum atau suportif sesuai dengan penatalaksanaan hematemesis melena secara umum

Pcnatalaksanaan / tindakan khusus:
Tindakan / terapi hemostatik perendoskopik dengan adrenalin dan etoksisklerol atau obat fibrinogen trombin atau tindakan hemostatik dengan heat probe atau terapi laser atau terapi koagulasi listrik atau bipolar probe.
Pemberian obat somatostatin jangka pendek.
Terapi embolisasi arteri melalui arteriografi.
Terapi bedah alau operasi, bila setelah semua pengobatan tersebut dilaksanakan letap masuk dalam keadaan gawat I s.d. 2 maka pasicn masuk dalam indikasi operasi

KOMPLIKASI
Perdarahan ulkus, perforasi

PROGNOSIS
Dubia

DISPEPSIA

PENGERTIAN
Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri atas nyeri ulu haTI mual. kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa

DIAGNOSIS
Anamnesis terdapatnya kumpulan gejata tersebut di atas

DIAGNOSIS BANDING
Penyakit retluks gastroesofageal in-iiable Bowel Svndronte
Karsinoma saluran cema bagian atas
Kelainan pankreas dan kelainan hati

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Endoskopi saluran cerna bagian atas dan biopsi, pemeriksaan terhadap adanya infeksi Helicobacier pylori, pemeriksaan fungsi hati, amilase dan lipase, fosfatase alkali dan gamma GT, USG Abdomen

TERAPI
Suportif: nutrisi
Pengobatan empirik selama 4 minggu
KOMPL1KASI
Tergantung etiologi dispepsia
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Umum
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakil Dalam
UNIT YANG MENANGANI
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi Gastroenterologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakil Dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidikan : Divisi Psikosomatik ( RS tertentu
RS non pendidikan : -

GAGAL JANTUNG....MUDAH LELAH, BARU AJA JALAN DIRI UDAH SESAK....?


GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Gagal jantung kongestif dimaksud adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh berkurangnya volume pemompaan jantung untuk keperluan relatif tubuh, disertai hilangnya curah jantung dalam mempertahankan aliran balik vena.

ETIOLOGI
1.Kelainan otot jantung
2.Ateriosklerosis koroner
3.Hipertensi sistemik atau pulmonal
4.Peradangan atau degeneratif
5.Faktor sistemik : tirotoksikosis, hipokisa, anemia, asidosis dan ketidakseimbangan elektrolit.

PATOFISIOLOGI
1.Bila curah jantung berkurang sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila gagal maka volume sekuncup akan beradaptasi untuk mempertahankan curah jantung.
2.Pada gagal jantung terjadi kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung sehingga curah jantung normal tidak dapat dipertahankan.

KLASIFIKASI
1.GAGAL JANTUNG KIRI
2.GAGAL JANTUNG KANAN


GAGAL JANTUNG KIRI

1.Gagal jantung kiri disebabkan oleh penyakit jantung
koroner, penyakit katup aorta dan mitral serta hipertensi
2.Gagal jantung kiri berdampak pada :
- Paru
- Ginjal
- Otak

GAGAL JANTUNG KANAN

1.Penyebab gagal jantung kanan harus juga termasuk semua yang dapat menyebabkan gagal jantung kiri, seharusnya stenosis mitral yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru.
2.Gagal jantung kanan dapat berdampak pada :
- Hati
- Ginjal
- Jaringan subkutis
- Otak
- Sistem Aliran aorta

MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral

Gagal Jantung Kiri
a. Dispneu
b. Orthopneu
c. Paroksimal Nokturnal Dyspneu
d. Batuk
e. Mudah lelah
f. Gelisah dan cemas

Gagal Jantung Kanan
a. Pitting edema
b. Hepatomegali
c. Anoreksia
d. Nokturia
e. Kelemahan

PEMERIKSAAN DIANOSTIK
1Pada EKG ditemukan hipertropi ventrikel kiri, kelainan gelombang ST dan T
2.Dari foto torax terdapat pembesaran jantung dan bendungan paru.
3.Pada ekhokardiografi terlihat pembesaran dan disfungsi ventrikel kiri, kelainan bergerak katup mitral saat diastolik.
4.Pengukuran tekanan vena sentral (CVP)

PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan spesifik. Bila diketahui etiologinya diberikan terapi sesuai penyebab. Namun jika idiopatik, dilakukan terapi sesuai gagal jantung kongestif. Yang terbaik adalah transplantasi jantung,

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas kehidupan sehari – hari.
2.Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas.
3.Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan.
4.Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan dispnea nokturnal dan ketidak mampuan posisi tidur yang biasanya.
5.Perubahan nutrisi.
6.Resiko tinggi interaktif penata laksanaan regiment teurapeutik yang berhubungan dengan kurang.

INTERVENSI
1.Pantau tanda dan gejala hipoksia.
2.Pantau gejala dan edema paru akut.
3.Waspadai pemberian cairan intravena ( IV ). Pastikan untuk pemberian cairan tambahan misal antibiotik
4.Bantu klien dengan tindakan untuk menyimpan kekuatan seperti istirahat sebelum dan sesudah aktivitas
5.Jelaskan kebutuhan untuk memenuhi diet rendah natrium dan pembatasan cairan sesuai program, konsul dengan ahli nutrisi sesuai dengan kebutuhan
6.Ajarkan klien dan keluarga tentang kondisi dan penyebabnya
7.Jelaskan kerja obat yang diprogramkan secara khas mencakup preparat, digitalis, vasodilator dan diuretik.
8.Ajarkan klien menghitung frekuensi nadinya.
9.Jelaskan kebutuhan untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap dan istirahat bila terjadi dispnea dan kelemahan.

PNEUMONIA ...NYERI DADA , SESAK, BATUK,,,,ENGGAK SEMBUH SEMBUH,...?


PNEUMONIA ATIPIK

PENGERTIAN
Pneumonia atipik adalah pneumonia yang disebabkan infeksi bakterial,

DIAGNOSIS

Pada pneumonia yang di sebabkan oleh mikroba atipik,gejala sistem pernafasan dapat tidak khas,sedangkan gejala sistemik seperti sakit kepala,nyeri otot/sendi dapat menonjol.
a.Batuk tanpa sputum,kecuali bila penyakit memberat/infeksin sekunder
b.Demam ringan,dapat dengan cepat meningkat hingga menggigil
c.Malaise,kelemahan saluran anggota tubuh
d.Sakit kepala,nyeri otot(sering)
e.Nyeri dada(jarang),sesak nafas(bila berat)


TERAPI
Antibiotik :pemilihan antibiotika dengan spektrum sesempit mungkin:
1.Makrolid:
a.Eritromisin
b.Claritomisin 2 x 500 mg
c.azitromicin 1 x 500 mg
d.Roksitromisin 2 x 500 mg
2.Doksisiklin
3.Respiratory

Tata laksana umum pneumonia

Rawat jalan
1.Dianjurkan untuk tidak merokok,beristirahat,dan minum banyak air
2.Nyeri pleuritik/demam diredakan dengan parasetamoL
Antibiotik :pemilihan antibiotika dengan spektrum sesempit mungkin:
a.Makrolid:
-Eritromisin
-Claritomisin 2 x 500 mg
-azitromicin 1 x 500 mg
-Roksitromisin 2 x 500 mg
b.Doksisiklin
c.Respiratory

Tata laksana umum pneumonia

a.Nutrisi tambahan pada penyakit yang berkepanjangan
b.Kontrol setelah 48 jam atau lebih awal bila diperlukan
c.Bila tidak membaik dalam 48 jam:dipertimbangkan untuk dirawwt dirumah sakit


Keputusan merawat pasien di RS ditentukan oleh
a.Faktor prognostik lain
b.Kondisi dan dukungan orang dirumah
c.Kepatuhan,keinginan pasien

Rawat inap di RS
a.Oksigen,bila perlu dengan pemantauan saturasi oksigen dan konsentrasi oksigen inspirasi
b.Terapi oksigen pada pasien dengan penyakit dasar PPOK dengan komplikasi gagal nafas dituntun dengan pengukuran AGD berkala
c.Cairan:bila perlu dengan cairan interavena
d.Nutrisi
f.Ekspektoran/mukolitik
g.Foto toraks diulang pada pasien yang tidak menunjukan perbaikan yang memuaskan

KOMPLIKASI
Efusi pleura, epiema, abses paru, atelektasis, gagal nafas, kor pulmonal, pneumotoraks, septikemia.

PNEUMOTORAK, UDARA DALAM RONGGA PLEURA PARU....KOK BISA

PNEUMOTORAKS

Ialah akumulasi udara di rongga pleura disertai kolaps paru. pneumotoraks sepontan:terjadi tanpa trauma atau penyebabnya jelas:
A.pneumotoraks spontan primer:pada orang sehat
B.Pneumotoraks spontan sekunder:pada penderita PPOK
C.Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang didahului trauma

DIAGNOSIS
Gejala:nyeri dada,akut,terlokalisir,batuk,hemoptisis
Pemeriksaan fisik:
a.Sisi terkenal(ipsilateral)
b.Statis:lebih menonjol
c.Perkusi:hipersonor

Tanda pneumotoraks tension
a.Keadaan umum sakit berat
b.Denyut jantung>140 x/m
c.Hipotensi
d.Takipneu,pernapasan berat
e.Sianosis
f.Diaforesis
g.Deviasi trakea ke sisi kontralateral
h.Distensi vena leher


DIAGNOSIS BANDING
Penyakit paru,efusi pleura dan kangker paru
TERAPI
a.Pneumotoraks unilateral kecil(<20%)dan asimtomik
b.Aspirasi:anestesi lokal disel iga 2 anterior
c.Jika pneumotoraks rekurens
1.Pleurodesis kimiawi dengan zat iritan terhadap pleura
2.Konsul bagian bedah

INDIKASI

a.Kebocoran udara memanjang,
b.Reekspansi paru tidak sempurna
c.Resiko pekerjaan

Indikasi relatif:
a.Pneumotoraks tension
b.Bilateral pneumotoraks

KOMPLIKASI
Gagal nafas,penebalan pleura edema paru reekspansi

CAIRAN DI PARU? EFUSI PLEURA ....


EFUSI PLEURA
PENGERTIAN
Efusi pleura adalah adanya cairan di rongga pleura>15, akibat ketidak seimbangan gaya starling
Tipe efusi pleura
1. Efusi transudatif:cairan pleura bersifat transudat (kandungan konsentrasi protein atau molekul besar lain rendah

Penyebabnya:

A.Gagal jantung kongestif
B.Sindrom nefrotik
C.Sirosis hati
D.Sindrom meigs
E.Dialisis peritoneal
F.Hindronefrosis
G.Efusi pleura maligna/paramaligna

Efusi eksudat:cairan pleura bersifat eksudat (konsentrasi protein lebih tinggi dari transudat)

Penyebabnya
a. Penyakit abdomen:penyakit pankreas
b. Penyakit kolagen
c. Trauma
d. perikardium
e. Tuberkulosis

Hemotoraks: cairan pleura mengandung darah

Efusi pleura maligngnan: dapat ditemukan sel-sel ganas yang terbawa pada cairan pleura

Efusi paramaligna:efusi yang disebabkan keganasan

DIAGNOSIS
Anamnesia:
Nyeri,sesak,demam

TERAPI
Efusi karena gagal jantung

1.Diuretik
2.Torakosentesis diagnostik bila:
a.Efusi unilateral
b.Efusi menetap dengan trapi diuretik
c.Efusi bilateral,ketinggian cairan berbeda bermakna
d.Efusi+febris
e.Efusi+nyeri dada pleuritik

Efusi pleura karena pleuritis tuberkulosis
Obat anti tuberkulosis(minimal 9 bulan)+ kortikosteroid dosis 0,75-1mg/kg BB/ Hari selama 2-3 minggu, setelah ada respons diturunkan bertahap+ torakosentesis terapeutik, bila sesak atau efusi>tinggi dari sel iga,

Efusi pleura keganasan
Drainase dengan kandidat
yang baik untuk pleurodisis ialah

Terapi kangker paru
a.Kemoterapi sistemik pada limfoma,kanker mammae dan karsinoma paru small cell
b.Radioterpi pada limfoma
Pasien dengan lama harapn hidup pendek atau keadaan buruk:torakosentesis terapeutik periodic

KOMPLIKASI
Efusi pleura berulang, epiema, gagal nafas

a.Angka harapan hidup:minimal beberapa bulan
b.Terjadi rekurens yang cepat
c.Pasien tidak debilitasi
d.Cairan pleura dengan PH>7,3
e.Alternatif pasien yang tidak dapat dilakukan plurodesis ialah pleuroperitoneal shunt

ANGINA PECTORIS, NYERI DADA KARENA JANTUNG......?


ANGINA PECTORIS
Suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode nyeri atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner.
Klasifikasi:
1. Stabil
2. Tidak stabil
3. Varian

etiologi
Angina Pektoris berkaitan dengan penyakit jantung koroner aterosklerotik, dan merupakan kelanjutan dari stenosis aorta berat, insufisiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, peningkatan kebutuhan metabolik (hipertiroidisme), takhikardi paroksimal.

Faktor-faktor lain penyebab Angina Pectoris:
1.Latihan fisik
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2.Udara dingin
mengakibatkan kontriksi, peningkatan tekanan darah serta peningkatan kebutuhan oksigen jantung.
3.Makanan berat
meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrikus sehingga mengurangi ketersediaan darah untuk jantung.
4.Stres atau emosi
menyebabkan pelepasan adrenalin sehingga kontraktilitas jantung meningkat

Manifestasi klinik
1. Perasaan seperti diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada yang secara bertahap menyebar ke rahang bawah, dipermukaan dalam tangan kiri dan permukaan ulnar jari manis dan jari kelingking.
2. Ciri khas : dilihat dari letaknya, kualitas sakit hubungan timbulnya sakit dengan aktifitas dan lamanya serangan.

Patofisiologi
1. Ditandai oleh serangan rasa nyeri paroksimal yang bersifat
sementara, biasanya subternal atau prekardial yang ditimbulkan
oleh kerja berat dan menghilang bila istirahat.

2. Rasa nyeri tidak langsung berhubungan dengan kerusakan
anatomi, maka angina pektoris merupakan gejala klinik yang
dimulai hypoxia myocardium oleh aterosklerosis.

Komplikasi
1. Unstable angina
2. Infarkmiokard
3. Aritmia
4. Sudden death


Diagnosis

1.Dengan EKG, didapatkan depresi segmen ST lebih dari satu mm pada waktu melakukan latihan / aktifitas dan biasanya disertai sakit dada mirip seperti serangan angina.
2.Lama serangan 1 – 5 menit

Penatalaksanaan:
Pengobatan terhadap serangan akut, berupa nitrogliserin
sublingual –1 tablet yang merupakan alat pilihan yang bekerja sekitar 1 – 2 menit dan dapat diulang dengan interval 3 – 5 menit.

Pencegahan :
1. Long Acting nitrate, yaitu ISDN 3 X 10
- 40 mg oral.
2. Beta bloker : propanolol, metoprolol, nadolol,
atenolol, dan pindolol.
3. Kalsium antagonis : verapamil, diltiazem.

Tindakan Invasif
1.Percutanens transluminal coronary angioplasty (PTCA)
merupakan upaya memperbaiki sirkulasi koroner dgn cara memecah plak atau ateroma dgn cara memasukan kateter dgn ujung berbentuk balon.
2.Coronary artery bypass graft (CABG)

Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
data obyektif : - nyeri pada dada
- Kolesterol serum tinggi
- terlalu banyak merokok
2.Data Subyektif : - sesak nafas
- kelelahan
- tidak nafsu makan
- mual

Diagnosa keperawatan
1.Ansietas yang berhubungan dengan nyeri dada sekunder akibat efek iskemia jantung
2.Ketakutan yang berhubungan dengan status baru dan masa datang tidak diketahui
3.Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan tindakan dan lingkungan
4.Resiko terhadap konstipasi yang berhubungan dengan tirah baring, perubahan gaya hidup dan pengobatan
5.Intoleren aktivitas yang berhubungan dengan dekondisi sekunder akibat ketakutan akan kekambuhan angina

Intervensi
1.Berikan posisi semifowler
2.Berikan oksigen konsentrasi tinggi (6-10 ltr/menit)
3.Kolaborasi pemberian nitrogliserin, bete bloker dan kalsium anatagonis)
4.Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan
5.Lakukan EKG
6.Observasi bunyi jantung
7.Observasi adanya mual, muntah, dan konstipasi

Hemoptisis
Pengertian
Adalah ekspetorasi darah dari saluran napas.Darah bervariasi dari dahak. Dahak disertai bercak/lapisan darah hingga batuk berisi darah

DIAGNOSA
1.Anamnesis
a. Batuk, darah berwarna merah segar,bercampur busa,
b. Batuk sebelumnya, dahak (jumlah, bau, penampilan) demam,
sesak, nyeri dada, penurunan BB.
c. Kelainan perdarahan,penggunaan obat anti koagulan
d. Kebiasaan:merokok

PEMERIKSAAN FISIK

a. Orofaring,nasofaring:tidak ada sumber perdarahan
b. Paru :ronk basa/kering
c. Jantung:tanda-tanda hipertensi pulmonl,gagal jantung
Beronkoskopi:menentukan lokasi sumber perdarahan dan
diagnosis.

Diagnosis banding
1.Sumber trakeobronkial:
a.Neoplasma
b.Bronkitis(akut dan kronik)
c.Brokiektasis
d.Trauma
e.Benda asing
2.Sumber parenkim paru:
a.Tuberkulosis paru
b.Pneumonia
c.Abses paru
d.Sumber vaskuler

TERAPI
Hemoptisis masif:
Tujuan terapi adalah memepertahankan jalan nafas,proteksi paru yang sehat,menghentikan pendarahan.
a.Istirahat baring,kepala direndahkan tubuh miring kesisi sakit
b.Oksigen
c.Infus,bila perlu transfusi darah
d.Bronkoskopi

KOMPLIKASI
Asfiksia, atelektasis, anemia

CIRCULATION MANAGEMENT


CIRCULATION MANAGEMENT
(PENGELOLAAN SIRKULASI)

Tujuan : Mengembalikan fungsi sirkulasi darah

Diagnosa : • denyut nadi karotis (-) ® (5 - 10 detik)
• diagnosa syok :
- nadi radialis - lemah
- tidak teraba
- cepat
- pucat
- kulit dingin - basah
- capilary refill time > 2 detik

Macam-macam syok :
• Hipovolemik
• Kardiogenik
• Distributik
• Obstruktif

 Tidak semua hipotensi adalah syok
 Pada hipertensi dengan curah jantung

Gagal / kelainan jantung
Anak-anak :
Hipotensi bukan indikator yang baik u/ syok dan hipoperfusi

Catatan :
1.Menilai respon pada pemberian cairan ® syok hipovolemik® respon minimal ® cari perdarahan aktif® hentikan
2.Pasang CVP ® tergantung situasi
3.Transfusi ® - Whole blood, PRC
- Hangatkan dulu
- Tidak perlu diberi Ca glukonas
4. Cairan elektrolit ®1 cc darah diganti 2 - 3 cc elektrolit
5.Respons baik ® - klinis - produksi urin > 0,5 cc/kg BB

Pengelolaan umum
1. Syok hipovolemik karena perdarahan
Prinsip: Penggantian volume yang hilang dan perbaikan oksigenasi jaringan

Sistim Kardiovaskuler :

• Jantung: sebagai alat pompa
• Pembuluh darah: - kompartemen tempat darah mengalir
- merupakan sistim yang tertutup
• Darah: zat untuk pengangkutan oksigen dalam bentuk: - terlarut
- berikatan dengan Hb

Penyebab henti jantung ® -primer-sekunder
Henti jantung primer:
- fibrilasi ventrikel & asistol o/k:
• Iskemik myokard
• Heart block
• Obat - obatan
• Electric shock

Penyebab henti jantung sekunder :

 Rapid secondary cardiac arrest
• Asphyxia ok :-airway obstruction, apnea
• Kehilangan darah cepat
• Alveolar anoksia o/k :-edema paru akut-menghirup gas yang tidak mengandung oksigen
 Slow secondary cardiac arrest
• Severe hypoxemia o/k :
• Edema paru
• Konsolidasi paru ® shock lung
• Oligemic atau distributive shock
• Cardiogenic shock
• Acute brain insults (medullary failure & severe intractable hypotension & apnea)

Identifikasi henti jantung :
gambaran klinis berupa :
 gambaran henti sirkulasi a/l :
 hilang kesadaran
 apnea atau gasping
 sianosis atau pucat
 tidak ada pulse (karotis atau femoralis)

 Bila pulse : - radialis teraba ® tek sistolik > 80 mmHg
- femoralis teraba ® tek sistolik > 70 mmHg
- karotis teraba ® tek sistolik > 60 mmHg

 Dilatasi pupil ® terjadi ³ 1 menit setelah henti sirkulasi

 Perabaan art karotis pada anak-anak ® dapat menekan
airway ® laryngospasm


Tujuan external chest compression :
sistemik
untuk mengadakan sirkulasi
paru
“artificial circulation” ® dapat dihasilkan dengan teknik intermitten chest compression
(aliran darah ® yang lambat dapat diperbaiki dengan ratio kompresi & relaksasi 50 : 50)


Teknik external intermitten chest compression:

• Secara intermitten menekan sternum ke arah bawah
• Menekan jantung antara sternum dan tulang belakang
menimbulkan: “heart pump mechanism”
• Hal ini menimbulkan perubahan tekanan intratorakal
(chest pump mech):

Waktu toraks ditekan, terjadi oksigenisasi darah di paru - paru
dan pemompaan darah ke sirkulasi sistemik, tek intra torakal
tinggi ® mendorong darah keluar dari jantung,paru dan
pembuluh darah besar.

Waktu tek terhadap intra torakal dilepaskan

Jantung dan paru melebar

Darah masuk ke pemb darah intra torakal (thoracic diastole)
• Pilihan vena untuk akses i.v. :
– v. antekubital
– jugularis externa
– v. femoralis

• pilihan terakhir à - rapid venous cut – down,- v. saphenous