Minggu, 30 Desember 2007
PSIKOSOMATIK
Mengenal An\sietas dan Depresi
Sindrom ansietas dan depresi merupakan penyakit yang termasuk gangguan psikosomatik dengan catatan depresi psikotik tidak termasuk di dalamnya.
Kasus-kasus psikosomatik di bagian ilmu penyakit dalam dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu:
1. tanpa dijumpai kelainan organic (kasus psikosomatik murni), misalnya anksietas dan depresi karena konflik psikologis yang tidak terselesaikan.
2. terdapat kelainan organic disebabkan karena gangguan psikosomatiknya sudah berlangsunng lama, misalnya dyspepsia non ulkus menjadi ulkus peptikum.
3. kelainan organic terdapat bersama-sama dengan gangguan psikosomatiknya dan tidak saling berhubungan (koinsidensi), dalam hal ini keluhan-keluhan pasien berlainan dengan kelainan yang ditemukan.
4. kelainan organic yang ada baru disadarkan orang lain atau dokternya, misalnya kelainan jantung bawaan, tuberculosis.
DEPRESI
Diagnosis anksietas dan depresi dipakai criteria yang merujuk kepada DSM IIIR dan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Revised Third Edition).
Gejala yang merupakan trias depresi:
1. tidak bisa menikmati hidup,
2. tidak ada perhatian pada lingkungan, dan
3. lelah sepanjang hari.
J. Sutter (1990) memperkenalkan konsep “antisipasi” untuk mengenal dan menetukan adanya depresi berdasarkan kenyataan bahwa pasien mendapat kesulitan dalam mengerti dan mengatur makna waktu.
Komponen antisipasi antara lain:
a. Loss of communication: ketidakmampuan untuk berkomunikasi
Pasien merasa hampa, tidak mampu bertukar pikiran atau gagasan, kehilangan minat.
b. Solitude: menyendiri
Tidak mampu mengantisipasi secara positif kehadiran orang lain
c. Feeling of impotence: rasa tidak mampu
Pasien menunjukkan tidak dapat bertindak, merendahkan dirinya, tidak mempunyai kegiatan yang bermakna.
d. Was-was dan merasa terancam
Tidak dapat mengantisipasi peristiwa sehari-hari.
Komponen lain yang terdapat pada depresi ialah trias kognitif yang terganggua yaitu:
1. menilai dirinya tidak berguna (I’m worthless).
2. perasaan permusuhan pada lingkungan (the environment is hostile).
3. masa depan suram (nothing good can happen).
Sindrom anksietas menurut DSM IIIR dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Anksietas GAD (Generalized Anxiety Disorder).
2. Anksietas panik (Pannic Disorder).
3. Anksietas OCD (Obsessive Compulsive Disorder).
4. Fobia.
5. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
ANSIETAS
Secara umum sindrom ansietas mempunyai cirri-ciri: cemas, kuatir, dan tidak bisa santai atau tegang yang berlangsung lebih dari 3 bulan disertai gejala-gejala fisis dan psikis akibat adanya ketidakseimbangan system saraf autonom.
Gejala awal sindrom ansietas
Gejala psikis: - penampilan (appearance) berubah: sulit konsentrasi
- mood berubah: mudah marah, cepat tersinggung
- restless: gelisah, tak bisa diam
- timbul rasa takut
Gejala somatic: - sakit kepala
- gangguan tidur, sulit masuk tidur
- impotensi
- keluhan berbagai system, misalnya system kardiovaskular, gastrointestinal dan sebagainya.
Pengobatan
Pemeriksaan fisis yang lengkap dan teliti
Pemberian obat-obatan sesuai dengan kelainan medis penyakit dalam yang ditemukan dan simtomatik sesuai dengan gejala yang ada termasuk pemberian obat-obat psikofarmaka
- Untuk anksietas GAD obat pilihan adalah buspiron
- Untuk anksietas PD: alprazolam
- Untuk pasien depresi dengan retardasi motorik, loyo, sangat tidak bergairah: efek disretardasi seperti amineptin, sertralin, dan moklobemid.
- Untuk pasien depresi yang disertai gangguan tidur: maprotilin dan klomipramin
Menganjurkan pasien agar melakukan kebiasaan hidup sehat
Melakukan psikoterapi (superficial)
Menekankan kembali komitmen agama dan pengamalannya
Pengobatan pendukung
Bila perlu memberikan psikoterapi kepada lingkungan pasien
PSIKOFARMAKA DAN PSIKOSOMATIK
S. Budihalim, D. Sukatman, E. Mudjaddid
Terapi penyakit psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara. Komponen-komponen yang harus dibedakan, ialah:
1. Terapi somatic
Hanya bersifat somanya saja dan pengobata ini bersifat simtomatik
2. Psikoterapi dan sosioterapi
Pengobatan dengan memperhatikan factor psikisnya atau kepribadian secara keseluruhan.
3. Psikofarmakoterapi
Pengobatan psikosomatik dengan menggunakan obat-obat psikotrop yang bekerja pada sistem saraf sentral.
3 golongan senyawa psikofarmaka:
1. obat tidur (hipnotik)
2. obat penenang minor
3. obat penenang mayor (neuroleptik)
4. antidepresan
Efek samping yang timbul dari penggunaan obat-obat psikofarmaka:
a. Mudah terjadi ketergantungan psikologis dan fisis, mungkin terjadi ketergantungan obat.
b. Depresi atau kehilangan sifat menahan diri dapat terjadi, yang akhirnya dapat menimbulkan kekacauan piker (confusion).
c. Semua depresan system saraf sentral merupakan kontraindikasi pada payah paru (asma, emfisema, dispnea oleh sebab-sebab lain).
d. Gangguan psikomotorik
e. Lekas marah, kegelisahan dan anksietas serinng terjadi bila obat dihentikan.
Hipnotik
Sebaiknya diberikan dalam jangka waktu pendek, 2-4 minggu cukup, walaupun sering timbul insomnia pantulan (rebound), bila pengobatan dihentikan. Oleh karena itu obat diberikan hanya beberapa malam saja tiap minggu.
Yang dianjurkan senyawa-senyawa benzodiazepin berkhasiat pendek:
- Nitrozepam (Dumolid, Mogadon)
- Flurazepam (Dalmadorm)
- Triazolam (Halcion)
Pada insomnia dengan kegelisahan (anksietas), senyawa-senyawa fenotiazin akan menolong:
- Tioridazin (melleril)
- Prometazin (Phenergan)
Obat Penenang Minor (Minor Tranquillizer)
Diazepam (valium) digunakan untuk anksietas, agitasi, spasme otot, delirium tremens hingga pada epilepsy. Pengobatan dengan benzodiazepin hanya diberikan pada anksietas hebat, dan max. 2 bulan sebelum dicoba dihentikan. Karena berkumulasinya benzodiazepin berkhasiat panjang, hingga khasiat obat berkurang (habituation).
Obat Penenang Mayor (Mayor Tranquillizer, Neuroleptics)
Payah otak (brain failure) menimbulkan gangguan-gangguan kelakuan berupa rasa takut, penderitaan batin, atau menimbulkan kegelisahan, keluyuran, kegaduhan, agresi hingga kekerasan karena halusinasi dan khayalan. Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan sedatif walaupun pemberian sedatif tidak dianjurkan karena sering timbul imobilitas.
Yang paling sering digunakan ialah senyawa fenotiazin dan butirofenon:
- Klorpromazin (largactil)
- Tioridazin (melleril)
- Haloperidol (serenace, haldol)
Antidepresan
Gejala-gejala psikosomatik sering ditemukan pada depresi. Sebaliknya depresi sering merupakan komplikasi penyakit fisis.
Yang dinjurkan ialah senyawa-senyawa trisiklik dan tetrasiklik:
- Amitriptilin (Laroxyl)
- Imipramin (Tofranil)
- Mianserin (Tolvon)
- Maprotilin (Ludiomil)
Obat-obat harus dimulai dengan dosis kecil yang kemudian ditingkatkan.
Golongan benzodiazepin umumnya bermanfaat pada gangguan anksietas, namun pada anksietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder- GAD) obat pilihannya ialah buspiron. Tapi pada awal pengobatan dikombinasikan dengan benzodiazepin. Pada anksietas panik obat pilihannya ialah alprazolam namun ada beberapa penelitian anksietas panik dapat diobati dengan antidepresan golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor).
Obbesive Compulsive Disorder (OCD) ialah varian gangguan cemas namun obat yang efektif untuk gangguan ini adalah golongan antidepresan misalnya klomipramin maupun golongan SSRI seperti sertralin, paroksetin, fluoksetin, dan sebagainya. Fobia juga varian gangguan cemas dan berespons baik pada pengobatan antidepresan. Misalnya fobia social (social phobia) membaik dengan pemberian moklobemid (golongan RIMA-Reversible Inhibitory Monoamine Oksidase type A). Gangguan campuran anksietas-depresi juga memberikan perbaikan dengan obat-obat antidepresan.
Beberapa obat antidepreasan yang baru seperti telah di sebut di atas antara lain:
- golongan SSRI : sertralin, paroksetin, fluoksetin, fluvoksamin
- Golongan RIMA : moklobemid
- Tianeptine
Penggunaan psikofarmaka hendaknya bersama-sama dengan psikoterapi yang efektif sehingga hasilnya akan lebih baik.